Filsafat-Sosiologi
PENGERTIAN DAN ARTI
PENGERTIAN
POSITIVISME
Positivisme
diturunkan dari kata positif, filsafat ini berpangkal dari apa yang telah
diketahui, yang factual, yang positif. Positivism hanya membatasi diri pada apa
yang tampak, segala gejala. Dengan demikian positivisme mengesampingkan
metafisika karena metafisika bukan sesuatu yang real, yang tidak dapat
dibuktikan secara empiris dan tidak dapat dibuktikan.
Positivisme
merupakan bentuk lain dari empirisme, yang mana keduanya mengedepankan
pengalaman. Yang menjadi perbedaan antara keduanya adalah bahwa positivisme
hanya membatasi diri pada pengalaman-pengalaman yang objektif, tetapi empirisme
menerima juga pengalaman-pengalaman yang bersifat batiniah atau
pengalaman-pengalaman subjektif
PENGERTIAN
POST-MODERNISME
Menurut
Pauline Rosenau (1992) mendefinisikan Postmodern secara gamblang dalam istilah
yang berlawanan antara lain:
Pertama,
postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya
memenuhi janji-janjinya. Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu
yang diasosiasikan dengan modernitas.Yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban
Barat adalah industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa,
kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan prioritas-prioritas modern
seperti karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal,
toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria evaluasi,
prosedur netral, peraturan impersonal dan rasionalitas.
Kedua,
teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan
pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya. Seperti
Baudrillard (1990:72) yang memahami gerakan atau impulsi yang besar, dengan
kekuatan positif, efektif dan atraktif mereka (modernis) telah sirna.
Postmodernis biasanya mengisi kehidupan dengan penjelasan yang sangat terbatas
atau sama sekali tidak ada penjelasan. Namun, hal ini menunjukkan bahwa selalu
ada celah antara perkataan postmodernis dan apa yang mereka terapkan.
Sebagaimana yang akan kita lihat, setidaknya beberapa postmodernis menciptakan
narasi besar sendiri. Banyak postmodernis merupakan pembentuk teoritis Marxian,
dan akibatnya mereka selalu berusaha mengambil jarak dari narasi besar yang
menyifatkan posisi tersebut.
Ketiga,
pemikir postmodern cenderung menggembor-gemborkan fenomena besar pramodern
seperti emosi, perasaan, intuisi, refleksi, spekulasi, pengalaman personal,
kebiasaan, kekerasan, metafisika, tradisi, kosmologi, magis, mitos, sentimen
keagamaan, dan pengalaman mistik. Seperti yang terlihat, dalam hal ini Jean
Baudrillard (1988) benar, terutama pemikirannya tentang pertukaran simbolis
(symbolic exchange).
Keempat,
teoritisi postmodern menolak kecenderungan modern yang meletakkan batas-batas
antara hal-hal tertentu seperti disiplin akademis, budaya dan kehidupan, fiksi
dan teori, image dan realitas. Kajian sebagian besar pemikir postmodern
cenderung mengembangkan satu atau lebih batas tersebut dan menyarankan bahwa
yang lain mungkin melakukan hal yang sama. Contohnya Baudrillard (1988)
menguraikan teori sosial dalam bentuk fiksi, fiksi sains, puisi dan sebagainya.
Kelima,
banyak postmodernis menolak gaya diskursus akademis modern yang teliti dan
bernalar (Nuyen, 1992:6). Tujuan pengarang postmodern acapkali mengejutkan dan
mengagetkan pembaca alih-alih membantu pembaca dengan suatu logika dan alasan
argumentatif. Hal itu juga cenderung lebih literal daripada gaya akademis.
PENGERTIAN
METANARASI
Metanarasi
merupakan petunjuk awal tentang narasi. Meta = melampaui, berarti menyelidiki
sesuatu dibalik sebuah narasi. Maka tujuan blog ini adalah untuk menyajikan
sesuatu yang berada diluar jangkauan narasi atau yang berada dibalik fenomena
yang ada di depan mata
0 comments:
Post a Comment